Tuesday, April 23, 2013

Sajak Tengah Malam


Bulan mengintip kita di sela awan yang tetap terlihat putih mengumpul tak beraturan di langit hitam. Sesekali aku menongak ke atas dan tersenyum kepada sebundar cahaya itu. Sepanjang jalan angin menamparmu. Sementara aku berlindung di belakangmu. Saat itu yang ku rasakan  adalah kau yang terbaik, kau yang mampu membangun momen, kau tak lagi memakai payung hitam malam ini. Kau tampan.


Kita berkendara memutari kota tepat jm setengah 12 malam. Kota ini seperti dunia lain atau terkadang melewati suatu keadaan dimana kota terlihat MATI. Begitu klasik. sangat berbeda dengan duniaku yang diwarnai oleh pernak-pernik alam yang hijau perubah hati ketika hati hitam menjadi putih, sayap emas capung berkilau di kacamata minusku, pelangi yang sering menampakkan diri di kehangatan setelah gerimis, keroppi yang bernyanyi dengan merdu di hamparan hijaunya lahan oriza sativa, dan Mr.Golden Sun penanda bumi tetap berotasi pada porosnya.

Pusat kota tujuanmu untuk menyambut 20 tahunku, namun aku begitu takut dengan pandangan mata mata sinis para penjaga malam sehingga kita memutar berjamjam. Tepat jam 00:00 ku simpan do’a mu. Sebuah do’a yang juga menjadi do’a ku.

Kau menyelam jauh ke duniaku, dunia yang sering orang sebut tak penting tapi kau menganggapnya penting karna bagiku penting. Kita punya 1 simbol di langit yang ketika kita jauh symbol itulah yang menyatukan mata kita. Tapi saat kita bersama ia tak menampakkan diri. Kau membuat kota mati menjadi hidup dengan suaramu membacakan sajak. Sesekali ku buka mata ku menengadahkan wajah ke atas langit mengharap symbol itu muncul ah mungkin sang rasi panah cemburu dengan kami. Sayang Aku berhasil membuatmu menulis tentangku. Dan aku berhasil menghadirkan diriku di dalam sajakmu. Ku pejamkan mata dan telinga ku pindahkan ke hati. Dengan suara dan sajakmu :

Happy birthday sayang :)

0 comments:

Post a Comment

Copyright © 2012-2013. ABOUT - All rights reserved
Powered by Kendhin | Editing by Jejak Harput