Tembok usang dengan coretan coretan hitam di wajahnya
Lantai yang ramai dikunjungi debu-debu halus
Jendela yang mempersilahkan angin panas masuk
Satu figura dengan di dalamnya 2 orang tua dan 1 anak mungil
Dimanakah warna- warna symbol kebhagiaan itu
Kenapa mataku tak bisa menagkapnya
Tertelan oleh keruhnya jiwaku
Atau berlari menuju jiwa yang baru
Kedua kelopak mataku mengatup
Bukan terpejam tetapi sengaja memejam
Jemariku berkumpul
Seolah menyembunyikan diri di dalam telapak tangan
Tidak berani menjerit hanya menggerutu
Ragu untuk melangkah kedepan
Maka melangkah kesamping saja
Aku disini seperti bangkai tak berguna
Hanya benda benda tak bernyawa
Kubuat berdasarkan sajak metafora
Agar mereka bisa hidup
dan menemaniku.
0 comments:
Post a Comment